BUSANA PENGANTIN JAWA
cirri-ciri lan filosofi busana pengantin macem Solo putrid.
Samenika :
1. Solo
putri
Wonten cirri-ciri busana pria inggih menika :
- SELOP terbuat dari kain beludru warna hitam, dihiasi bordir
- Kain batik yang dikenakan adalah kain batik sidomukti, sido mulyo, atau sido asih , tergantung dari kain batik yang dipakai mempelai wanita
- Sabuk : sabuk dan boro terbuat dari bahan cinde
- Epek dan timang : epek berwarna hitam sedangkan timang berwarna keemasan dengan permata
- Kemeja : kemeja dengan kerah dan mansyet
- Kalung disebut juga kalung ulur atau kalung karset
- Baju : menggunakab baju beskap kembar atau sama dengan motif baju yang dipakai oleh penganin putri
- Destar : destar disebut juga blangkon warna sesuai dengan motif kain batik yang digunakan oleh penganti wanita dilengkapi dengan bros dibagian tengah disebut dengan jepitan
- Keris : keris yang digunakan berbentuk ladrang pada ukiran keris dimasukkan bunga yang disebut dengan kolong keris
- Sumping dibuat dari bunga melati sengah mekar diletakkan pada bagian telinga kanan dan kiri
Cirri-ciri busana wanita
Solo putri adalah
salah satu nama tata rias adat pengantin
di jawa , solo putri merupakan corak
khas pengantin dari surakarta atau
disebut juga solo ....
dilihat dari cara berpakaiannya solo putri memiliki ciri sebagai berikut :
dilihat dari cara berpakaiannya solo putri memiliki ciri sebagai berikut :
- Kain batik yang digunakan oleh pengantin haruslah bertipe , sido mukti : yang artinya jaya, sidomulyo: yang artinya mulya, atau sido asih : yang berarti kasih sayang , motif kain batik pada gambar adalah sido mukti . kain batik haruslah diwiron , jumlah wiron pada kain batik ini biasanya berumlah ganjil antara 9,10 atau 11, lebarnya 2 jari
- Kebaya panjang : kebaya panjang dibuat dari bludru atau disebut juga blenggen warnanya bisa hitam, hijau,briu , ungu,coklat, dihiasi oleh sulaman bordir warna emas, disertai dengan bef atau kutu baru , disertai dengan sematan bros tiga sususn pada kutu baru lihat gambar diatas
- Selop : selop terbuat dari bahan yang sama dengan kebaya pengantin
- Setagen: stagen adalah ikata pinggang dari kain yang panjang berwarna umumnya hitam digunakan untuk mengikat pinggang dan perut dengan kuat dan rapi supaya terlihat singset
- Strepless/ long torso berwarna hitam , pilih yang resleting belakang , digunakan untuk membentuk tubuh pengantin wanita
- Angkin: kain yanng digunakan untuk menutupi stagen dan long torso, warnanya merah, hijau atau hitam, lihat gambar diatas
RIASAN
- Busana dan Riasan Pengantin Wanita
Pengantin wanita memakai dhodhot
bangun tulak pola alas – alasan, sampur/ selendang sekar cinde arbit, dan kain
cinde sekar merah. Tata rias pengantin Solo Putri yaitu:
a.
Sanggul/Konde bokor mengkurep , Tata rambut pengantin dibuat seperti
bokor tengkurap sehingga dinamakan bokor mengkurep.
b. Racik
melati miji timun , sanggul rambut diisi dengan irisan daun pandan dan
ditutup rajut bunga melati. Perpaduan daun pandan dan bunga melati
memancarkan keharuman yang berkesan religius, sehingga pengantin diharapkan
dapat membawa nama harum yang berguna bagi masyarakat.
c.
Ronce bunga melati tibo dodo, pada bagian bawah agak ke arah kanan
sanggul dipasang untaian melati berbentuk belalai gajah sepanjang 40 cm, diberi
nama gajah ngoling. Hiasan ini bermakna bahwa pemakainya menunjukkan
kesucian/kesakralan baik sebagai putri maupun kesucian niat dalam menjalani
hidup yang sakral pula.
d. Cunduk
Menthul dan Pethat/sisir berbentuk gunung, diperindah perhiasan cundhuk
sisir dan cundhuk mentul di bagian atas konde 5 tangkai bunga dipasang di
atas sanggul menghadap belakang, menggambarkan sinar matahari yang
berpijar memberi kehidupan.
e.
Kalung Sungsun (kalung terdiri 3 susun), melambangkan 3 tingkatan
kehidupan manusia dari lahir, menikah, meninggal.
f.
Gelang Binggel Kana, berbentuk melingkar tanpa ujung pangkal yang
melambangkan kesetiaan tanpa batas
g. Kelat
Bahu (perhiasan pada pangkal lengan), berbentuk seekor naga, kepala dan
ekornya membelit. Melambangkan bersatunya pola rasa dan pikir yang mendatangkan
kekuatan dalam hidup
h. Centhung,
perhiasan berupa sisir kecil bertahtakan berlian di letakkan diatas dahi
pada sisi kiri dan kanan. Melambangkan bahwa pengantin putri telah siap
memasuki pintu gerbang kehidupan rumah tangga
i.
Cincin, putri tidak diperkenankan memakai cincin di jari tengah. Karena
sebagai simbol satu perintah untuk diunggulkan, yaitu milik Tuhan. Cincin di
jari manis sebagai simbol untuk senantiasa bertutur kata manis. Cincin di jari
kelingking simbol untuk selalu terampil dan giat dalam mengerjakan pekerajaan
rumah tangga. Cincin di ibu jari sebagai simbol untuk senantiasa melakukan
pekerjaan dengan ikhlas dan terbaik
j.
Paes. Tata rias wajah pengantin Putri laksana putri raja dengan paes
hitam pekat menghiasi dahi. Sebelumnya, merias atau lazimnya disebut paes
sesudah siraman dimaksud adalah melambangkan persiapan memperindah diri lahir
batin. Menggingat makna yang dalam, pekerjaan paes diserahkan kepada juru paes
yang punya daya batin yang baik dan luhur yang dapat ditularkan kepada calon
mempelai. Dalam hal ini tata rias dilakukan oleh Pemaes. Pemaes,
orang yang bertanggung jawab mengatur segala persiapan pernikahan adat Jawa,
bertanggung jawab mengatur pakaian dan rias muka yang akan dikenakan oleh kedua
pengantin. Paes dilakukan setelah dilakukannya pada upacara Ngerik.
Ngerik atau memotong rambut yang pertama-tama, dilakukan oleh ayah
calon mempelai waniata dengan disaksikan oleh ibunda nya, sebagai tanda
pemberian ijin untuk upacara ngerik oleh pemaes. Ini mengandung arti bahwa sang
ayah sudah rela dan ikhlas bahwa putrinya akan hidup sendiri dilingkungan orang
lain. Upacara mengerik wulu kalong (bulu-bulu halus) disekitar dahi agar waktu
dihias akan nampak bersih dan bersinar. Disamakan/ dinamakan dengan wulu
kalong, karena kalong (kelelawar) meempunyai bulu-bulu yang sangat halus sama
seperti rambut-rambut halus yang tumbuh di dahi para gadis. Tujuan utama
menurut adat adalah agar si calon benar-benar bersih baik secara lahiriah
maupun batiniah. Setelah itu, pengantin wanita dipaes hitam pekat menghiasi
dahi.Paes memiliki makna sebagai berikut:
1)
Gajah – gajahan (bagian tengah dahi) : Gusti Ingkang Maha Kwaos
2)
Pengapit (pendamping di kiri dan kanan gajah-gajahan): Ibu
3)
Panitis (sebelah pengapit): Bapak
4)
Godheg (di sisi kedua telinga): Anak
Permohonan bahwa semua komponen
keluarga bisa menjadi baik. maka ada kata “ABIMANYU”, yaitu Anak, Bapak, Ibu
Manuggal Marsudi Yektining Urip.
Basahan
Busana basahan mempelai wanita berupa kemben
sebagai penutup dada, kain dodot atau kampuh, sampur atau selendang cinde,
sekar abrit (merah) dan kain jarik warna senada , serta buntal berupa rangkaian
dedaunan pandan dari bunga-bunga bermakna sebagai penolak bala.
Busana basahan pengantin pria berupa kampuh atau
dodot yang bermotif sama dengan mempelai wanita, kuluk (pilihan warnanya kini
semakin beragam, tidak hanya biru sebagaimana tradisi Keraton) sebagai penutup
kepala, stagen, sabuk timang, epek, celana cinde sekar abrid, keris warangka
ladrang, buntal, kolong keris, selop dan perhiasan kalung ulur.
Menurut tradisi Keraton Surakarta, busana yang di
gunakan pada saat Upacara Pernikahan adalah Busana Kampuh/dodot yaitu kain
khusus sepanjang +/- 4,5 m yang di hiasi taburan prada emas pada babaran kain
nya, yaitu corak Alas- Alasan berwarna hijau yaitu corak yang terdiri dari
aneka satwa dan tumbuhan yang ada di rimba / hutan seperti:
Keprabon
Busana Sikepan Ageng / Busana Solo Basahan Keprabon
adalah salah satu gaya busana basahan yang diwarnai dari tradisi para bangsawan
dan raja Jawa yang hingga kini tetap banyak diminati. Mempelai pria mengenakan
kain dodotan dilengkapi dengan baju Takwa yakni semacam baju beskap yang dulu
hanya boleh dipergunakan oleh Ingkang Sinuhun saja. Untuk mempelai wanita
memakai kain kampuh atau dodot dilengkapi dengan bolero potongan pendek
berlengan panjang dari bahan beludru sebagai penutup pundak dan dada.
Penutup Kepala
Untuk bagian kepala biasanya orang Jawa kuna
(tradisional) mengenakan iket yaitu ikat kepala yang dibentuk
sedemikian rupa sehingga menjadi penutup kepala. Cara mengenakan iket harus kenceng
(kuat) supaya ikatan tidak mudah terlepas. Makna iket dimaksudkan manusia seyogyanya
mempunyai pemikiran yang kenceng, tidak mudah terombang-ambing hanya karena
situasi atau orang lain tanpa pertimbangan yang matang.
Hampir sama penggunaannya yaitu udheng juga,
dikenakan di bagian kepala dengan cara mengenakan seperti mengenakan sebuah
topi. Jika sudah dikenakan di atas kepala, iket dan udheng sulit dibedakan
karena ujud dan fungsinya sama. Udheng dari kata kerja Mudheng atau mengerti
dengan jelas, faham. Maksudnya agar manusia mempunyai pemikiran yang kukuh,
mengerti dan memahami tujuan hidup dan kehidupan atau sangkan paraning dumadi.
Selain itu udheng juga mempunyai arti bahwa manusia seharusnya mempunyai
ketrampilan dapat menjalankan pekerjaannya dengan dasar pengetahuan yang mantap
atau mudheng. Dengan kata lain hendaklah manusia mempunyai ketrampilan yang
profesional.
Busana
Busana kejawen seperti beskap selalu
dilengkapi dengan benik (kancing baju) disebelah kiri dan kanan.
Lambang yang tersirat dalam benik itu adalah agar orang (jawa) dalam melakukan
semua tindakannya apapun selalu diniknik, diperhitungkan dengan cermat. Apapun
yang akan dilakukan hendaklah jangan sampai merugikan orang lain, dapat,
menjaga antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
Sabuk (ikat pinggang) dikenakan dengan
cara dilingkarkan (diubetkan) ke badan. Ajaran ini tersirat dari sabuk
tersebut adalah bahwa harus bersedia untuk tekun berkarya guna memenuhi
kebutuhan hidupnya. Untuk itulah manusia harus ubed (bekerja dengan
sungguh-sungguh) dan jangan sampai kerjanya tidak ada hasil atau buk
(impas/tidak ada keuntungan). Kata sabuk berarti usahakanlah agar segala yang
dilakukan tidak ngebukne. Jadi harus ubed atau gigih.
Epek bagi orang jawa mengandung arti bahwa
untuk dapat bekerja dengan baik, harus epek (apek, golek, mencari)
pengetahuan yang berguna. Selama menempuh ilmu upayakan untuk tekun, teliti dan
cermat sehingga dapat memahami dengan jelas.
Timang bermakna bahwa apabila ilmu yang
didapat harus dipahami dengan jelas atau gamblang, tidak akan ada rasa samang
(khawatir) samang asal dari kata timang.
Jarik atau sinjang merupakan kain
yang dikenakan untuk menutup tubuh dari pinggang sampai mata kaki. Jarik
bermakna aja gampangserik (jangan mudah iri terhadap orang lain).
Menanggapi setiap masalah harus hati-hati, tidak grusa-grusu
(emosional).
Wiru Jarik atau kain dikenakan selalu
dengan cara mewiru (meripel) pinggiran yang vertikal atau sisi saja
sedemikian rupa. Wiru atau wiron (rimple) diperoleh dengan cara melipat-lipat
(mewiru). Ini mengandung pengertian bahwa jarik tidak bisa lepas dari wiru,
dimaksudkan wiwiren aja nganti kleru, kerjakan segala hal jangan
sampai keliru agar bisa menumbuhkan suasana yang menyenangkan dan harmonis.
Bebed adalah kain (jarik) yang dikenakan
oleh laki-laki seperti halnya pada perempuan, bebed artinya manusia harus ubed,
rajin bekerja, berhati-hati terhadap segala hal yang dilakukan dan tumindak
nggubed ing rina wengi (bekerja sepanjang hari)
Canela
Canela mempunyai arti Canthelna jroning
nala (peganglah kuat dalam hatimu) canela sama artinya Cripu, Selop, atau
sandal. Canela selalu dikenakan di kaki, artinya dalam menyembah kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa, hendaklah dari lahir sampai batin sujud atau manembah di
kaki-NYA. Dalam hati hanyalah sumeleh (pasrah) kepada kekuasaan Tuhan Yang Maha
Esa.
Curiga lan warangka
Curiga atau keris berujud wilahan,
bilahan dan terdapat di dalam warangka atau wadahnya. Curiga
dikenakan di bagian belakang badan. Keris ini mempunyai pralambang bahwa keris
sekaligus warangka sebagaimana manusia sebagai ciptaan dan penciptanya Yatu
Allah Yang Maha Kuasa, manunggaling kawula Gusti. Karena diletakkan di bagian
belakang tubuh, keris mempunyai arti bahwa dalam menyembah Tuhan Yang Maha
Kuasa hendaklah manusia bisa untuk ngungkurake godhaning setan yaitu menjauhkan
godaan setan yang senantiasa mengganggu manusia ketika manusia akan bertindak
kebaikan.
Demikianlah filosofi yang terkandung dalam busana
pria jawa . Semoga bisa menjadikan kita pelajaran hidup. dan menambah wawasan
kita tentang budaya jawa yang adiluhung ini.
yg dipake untuk bikin roncean buntal thu daun apa aza ya????
BalasHapusmksh sblmnya.....🙏🙏🙏
Klo kemben apa ya filosofinya?
BalasHapus